Kamis, 03 Juli 2014

INDONESIA : NEGARA 1001 POTENSI ENERGI ALTERNATIF





“ Indonesia dulu adalah Macan Asia dengan sumber energi yang berlimpah, tapi semua berubah setelah Macan kehilangan taringnya. “
Indonesiaku sayang Indonesiaku malang, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan Indonesia saat ini. Indonesia, negara yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan luas sebesar 5.193.250 km2 ini dikenal memiliki  kekayaan alam yang melimpah di setiap pulaunya. Semua kekayaan alam di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengatasi masalah kelangkaan energi yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Ya, Indonesia saat ini sedang on the way to energy scarcity atau dalam perjalanan menuju kelangkaan energi. Kelangkaan energi seolah sudah menjadi aib yang harus ditutupi Indonesia.
Kelangkaan energi sebenarnya sudah muncul di berbagai negara di dunia, tapi bedanya dengan Indonesia, negara-negara tersebut mampu menutupi segala kekurangan sumber daya yang diperlukan dengan cara membuat inovasi baru dalam pengolahan barang mentah menjadi energi baru yang dapat diperbaharui maupun dengan cara ‘membujuk’ warga negaranya untuk menghemat penggunaan energi. Seperti contoh Jepang yang memperketat sistem distribusi kendaraan dan sistem untuk mendapatkan driving license untuk menekan penggunaan kendaraan sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan konsumsi bahan bakar minyak . Jepang termasuk negara yang paling jarang menggunakan bahan bakar minyak, mayoritas fasilitas transportasi umumnya menggunakan energi listrik yang dipasok oleh Sea Wave Power Plant yang dipasang di seputaran Laut Jepang.
Berbicara soal listrik, Indonesia adalah salah satu negara yang bermasalah dengan listrik. Perilaku konsumtif masyarakat Indonesia yang sangat ‘antusias’ terhadap ketersediaan energi listrik menyebabkan konsumsi listrik di Indonesia dapat mencapai 473 kwh/ kapita di tahun 2003 dan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Tidak heran jika Perusahaan Listrik Nasional (PLN) melakukan pemadaman bergilir secara rutin untuk menghemat penggunaan energi listrik yang didistribusikan ke seluruh pulau di Indonesia yang berjumlah sebanyak 13.466 pulau. Daerah  Jawa dan Bali adalah daerah yang paling boros energi listrik sehingga distribusi listrik di daerah inilah yang paling sering bermasalah entah itu masalah teknis ataupun masalah pengadaan.
Lain halnya dengan daerah timur seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua yang sampai saat ini masih minim penggunaan listrik karena sulitnya distribusi listrik di daerah yang sepi permukiman tersebut. Mayoritas masyarakat disana masih menggunakan api dan lampu petromax kecuali di Kupang dan Tembagapura. Itu menunjukan bahwa pembangunan dan distribusi energi listrik di negara ini masih terpusat pada satu daerah dan belum bisa menjangkau pelosok-pelosok negeri. Banyak pejabat-pejabat Indonesia yang mengatakan bahwa daerah timur Indonesia sangat sulit membangun pembangkit listrik dikarenakan kondisi daratan dan sosial masyarakat yang masih primitif. Tapi itu bukanlah jawaban, itu lebih ke alasan untuk melepas tanggung jawab sebagai seorang wakil rakyat.Jika memang tidak bisa membangun di darat kenapa tidak berusaha membangun di laut ? 
Seawave Power Plant atau Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) adalah salah satu solusi alternatif untuk mengatasi kelangkaan energi listrik di daerah yang memang tidak memungkinkan untuk membangun pembangkit listrik di daratannya. Jepang adalah salah satu negara yang menggunakan pembangkit listrk jenis ini yang menghasilkan daya sebesar 40 Mwh. Jepang yang notabene gelombang lautnya tidak lebih ganas dari Indonesia saja bisa menghasilkan energi sebesar itu, berarti seharusnya Indonesia yang memiliki gelombang lebih ganas berpotensi untuk menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan Jepang. Dikutip dari listrikindonesia.com, pada dasarnya prinsip kerja pembangkit listrik ini adalah mengkonversi energi dari gelombang laut menjadi energi listrik dengan cara mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin dari generator gelombang yang dipasang di dasar laut.
Selain gelombang laut, masih banyak potensi alam Indonesia yang dapat dijadikan energi terbarukan. Seperti contoh  minyak kelapa sawit yang bisa diproses menjadi bio solar yang nantinya bisa digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermesin diesel. Indonesia adalah negara yang kaya akan kelapa sawit karena iklim tropisnya yang memang habitat asli pohon kelapa sawit. Jika kelapa sawit bisa menjadi biosolar maka lain halnya dengan kotoran sapi yang bisa diubah menjadi bioetanol yang bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil yang sekarang sudah semakin menipis dan kian langka.Bukan hanya itu saja, kandungan hidrogen pada air yang sudah di hidrogenasi berpotensi untuk menjadi bahan bakar alternatif untuk menggantikan BBM.
Julukan-julukan yang dunia berikan untuk Indonesia harusnya bisa menjadi suatu tolak ukur cara berpikir orang Indonesia kedepannya untuk mengatasi kelangkaan energi. Apa sajakah julukan-julukan itu ? Satu, Indonesia diberi julukan Ring of Fire karena daratan Indonesia yang dipenuhi gunung-gunung berapi.Sangat prospektif jika di daerah ini dibangun pembangkit listrik tenaga panas bumi. Sayang sekali belum terpikir untuk membangun pembangkit ini ya ? Dua, Indonesia dijuluki negara maritim karena luas lautnya yang mencapai 5,8 juta km2, sangat prospektif untuk membangun pembangkit listrik tenaga gelombang laut dan panas laut serta tenaga angin yang mana kecepatan pantai Indonesia mencapai 40 knot. Tiga, Indonesia dijuluki negara agraris walaupun sekarang sektor pertanian sudah semakin tenggelam, tetapi tidak menutup kemungkinan hasil dari pertanian sepeti kelapa sawit dan jagung yang bisa “disulap” menjadi biodiesel dan bioethanol untuk menjadi potensi mengatasi kelangkaan energi.
Sesungguhnya alam Indonesia ini sudah menyediakan semua bahan untuk persiapan menuju tahun-tahun kelangkaan energi. Tetapi, tetap saja Indonesia masih ‘kukuh’ bergantung pada minyak yang diimpor dari negara-negara OPEC yang sekarang sudah mulai langka. Inilah kenapa para pemimpin Indonesia seharusnya bisa membuka mata, bangun dari tidurnya dan sadar dari lamunanya bahwa tidak perlu berpikir terlalu jauh untuk mengatasi kelangkaan energi ini, semua sudah tersedia disini, di Indonesia. Agar semua rencana itu bisa terwujud maka haruslah ada sinergi yang baik antara pemimpin dengan insinyur, dengan demikian terbentuklah suatu tim yang solid, tim yang mampu mengatasi segala kebutuhan bangsa, tim yang mampu menjawab masalah kelangkaan energi, dan tim yang mampu mengembalikan taring Macan Asia kepada Indonesia.

“Kita tidak menyadari  bahwa hal-hal sederhana disekeliling kita adalah senjata terkuat kita. Seperti Kalkulus, hal yang sederhana mampu menciptakan pemikiran yang mendalam”

1 komentar:

Unknown mengatakan...

yang mau baca di klik aja ya judulnya hehe

Music