sumber : listrikindonesia.com
“Ini negeri aneh. Indonesia dulunya adalah negara maritim. Tapi sekarang kita
sudah tidak berjaya lagi sebagai negara maritim.Maritim kita tidak maju karena
tidak punya kemandirian untuk berinovasi”
Itulah beberapa kata yang dikutip dari pidato
seorang Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh. Pernyataan itu sangat cocok
untuk menggambarkan kondisi Indonesia saat ini. Negara yang memiliki
beribu-ribu pulau dan lautan yang sangat luas dengan kekayaan alam yang
melimpah ini, seharusnya sekarang sudah menjadi negara maju yang mampu
menghidupi dan mensejahterakan sekitar 250 juta jiwa warga negaranya. Indonesia
jika dilihat di peta, memiliki luas lautan yang bahkan jauh lebih luas daripada
daratannya. Dikutip dari Buku Geografi karya P.Ginting hal.17, Indonesia adalah
negara yang memiliki luas daratan seluas 1.922.570 km2
yang menunjang sebanyak 13.667 pulau dengan luas perairan lautnya mencapai
3.257.483 km2 (belum termasuk perairan ZEE). Panjang garis pantainya mencapai
81.497 km2.
Ini merupakan garis pantai terpanjang di
dunia. Jika ditambah dengan ZEE, maka luas perairan Indonesia sekitar 7,9 juta
km2 atau 81% dari luas keseluruhan. Dengan letak geografis Indonesia yang
sangat strategis ini seharusnya Indonesia mampu menjadi negara maritime dengan
pengelolaan lautan yang baik, mampu menjadi negara yang memanfaatkan energi
lautan dan menciptakan inovasi baru dalam hal pengelolaan lautan atau bahkan
bisa menjadi pioneer bangkitnya
negara-negara maritime lainnya, menjadi penguasa Samudera Hindia atau bahkan
bisa kembali menjadi Macan Asia. Banyak hal yang bisa dimanfaatkan Indonesia
dengan luas lautan yang mencapai 3 kali lipat luas daratannya itu.
Akan
tetapi, Indonesia sekarang sedang menghadapi sebuah masalah yang menjadi batu
besar penghalang jalan untuk terwujudnya mimpi itu (rêver retardé). Krisis
energi dan listrik, krisis itulah yang sekarang sedang membuat Presiden
Indonesia saat ini pusing tujuh keliling memikirkan bagaimana cara mengatasinya,
saking pusingnya sampai-sampai beliau tidak sempat lagi membalas tweet-tweet dari fansnya di sosial media.
Indonesia memiliki banyak sekali penduduk sehingga wilayahnya habis akan
‘pondok indah’ penduduknya. Karena banyaknya pemukiman, maka konsumsi listrik
akan semakin besar seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya terjadi
urbanisasi.
Indonesia belakangan diketahui banyak
mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air untuk menciptakan energi listrik
dengan skala besar untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, tapi melihat kondisi Indonesia sekarang ini,
yang sedang juga mengalami krisis air bersih dan kesulitan mendapat air tanah,
sepertinya PLTA tidak bisa sepenuhnya menjadi harapan. Selain PLTA, Indonesia
juga sekarang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan yang paling
terbaru dan masih menjadi wacana pemerintah Indonesia adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut yang disingkat
PLTGL ini adalah sebuah alat yang diciptakan oleh ocean engineer dunia yang mana digunakan untuk menghasilkan energi
listrik dalam skala yang besar dengan hanya mengandalkan gelombang laut.Sekarang
Indonesia sedang mengembangkan PLTGL di Pantai Selatan Yogyakarta tapi masih
dalam skala yang kecil.
PLTGL ini adalah sebuah pembangkit
energi alternatif yang akan
diaplikasikan oleh para ocean engineer
untuk mengatasi krisis yang sekarang
sedang melanda negeri tercinta ini, entah kapan akan terealisasi dalam skala
besar.PLTGL menjadi solusi yang tepat mengingat Indonesia memiliki lautan yang
sangat luas dan Samudera Hindia yang terkenal memiliki ombak yang sangat ganas sehingga
energi yang dihasilkan oleh ombak tersebut diprediksikan akan mampu
menghasilkan lebih banyak listrik ketimbang PLTGL yang sekarang diterapkan oleh
negara-negara Eropa dan Jepang.
Sumber : klippingpengetahuan.blogspot.com
Ini merupakan sebuah inovasi yang
sangat bagus hasil pemikiran cerdas para insinyur kelautan karena PLTGL ini
tidak hanya mampu menghasilkan listrik dalam skala besar, tetapi juga menjadi
alat yang ramah lingkungan karena menggunakan parameter ombak yang pasti
tersedia di Indonesia. Selain itu ombak juga melepaskan energi yang tidak
mengenal siang dan malam tanpa memerlukan bantuan bahan bakar fosil yang
sekarang sudah semakin ketersediaannya sudah semakin menipis. Sebenarnya
inovasi ini sudah banyak diterapkan oleh negara-negara maju di dunia, tapi
entah kenapa Indonesia yang jelas-jelas memiliki lautan yang lebih luas dan
bahkan paling luas di dunia sampai saat ini masih belum menerapkan sistem ini.
Pembangkit listrik tenaga gelombang
ini sebelumnya telah dikembangkan di Jerman. Perusahaan Energie
Baden-Wuttemberg Ag (EnBW) bekerja sama dengan Vorth Siemen Hydro Power
Generation GmbH & Co. Bermula dari EnBW melihat potensi untuk pembangkit
gelombang di pantai Laut Utara. Akhirnya pemerintah Jerman merancang pilot
project pembangkit listrik tenaga gelombang. Perusahaan lain
yang sekarang ini ikut mengelola PLTGL, Energetech mengaku pembangkit yang
masih jarang dikembangkan memiliki banyak keuntungan.Menurut John Bell,
Direktur Keuangan Energetech mengatakan energi gelombang laut merupakan energi
yang tidak pernah habis jika dibandingkan sumber energi lainnya. Hanya saja listrik
yang dihasilkan PLTGL ini masih kurang besar, karena tempat penelitiannya
memiliki kualitas gelombang yang rendah, tidak seperti di Indonesia.
Dikutip dari listrikindonesia.com, pada
dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut
menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar
turbin dari generator gelombang yang dipasang di sadar laut. Karena itu, sangat
penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Walaupun
penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dan efisien dalam
mengonversi energi gelombang laut sampai saat ini masih terus dilakukan.
Kemudian, Air laut yang berada dalam bak penampung
dikembalikan ke laut melalui saluran yang terhubung dengan turbin generator
penghasil energi listrik. Adanya bak penampung memungkinkan aliran air penggerak
turbin dapat beroperasi terus menerus dengan kondisi gelombang laut yang
berubah-ubah. Teknologi ini tetap memerlukan bantuan mekanisme pasang surut dan
pilihan topografi garis pantai yang tepat.
Nah, sesuai dengan penelitian
tersebut, dapat ditarik benang merahnya bahwa PLTGL sesungguhnya adalah alat
atau sistem pembangkit listrik yang mampu menciptakan energi dalam skala besar
jika diimbangi dengan energi ombak yang besar pula. Energi yang diciptakan
berbanding lurus dengan energi yang dibutuhkan. Memang, penelitian dari researcher luar negeri tentang PLTGL
mengatakan bahwa energi listrik yang dihasilkan masih sedikit, kenapa ? itu
karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh ombak itu sendiri. Negara-negara
Eropa bukanlah Indonesia, negara-negara Eropa tidak memiliki ombak sedahsyat
ombak Samudera Hindia. Seharusnya sekarang ini sistem pembangkit listrik tenaga
gelombang laut sudah diterapkan dalam skala besar di Indonesia, karena sangat
sesuai dengan letak geografis Indonesia yang dikelilingi lautan.
Di luar negeri pembangkit listrik
ini bisa menghasilkan listrik sebesar 40 Mwh. Bayangkan jika Indonesia
menerapkan sistem ini, berapa Mw yang dihasilkan oleh gelombang laut yang
ganas, berapa banyak kota yang terbantu oleh pembangkit listrik ini, berapa
persen kemungkinan krisis energi dan listrik teratasi, dan berapa persen pula
kemungkinan tidak terjadinya pemadaman listrik oleh PLN yang jelas-jelas sangat
mengganggu aktivitas penduduknya.Oleh karena itu, Indonesia akan menjadi lebih
baik dengan PLTGL ini. Krisis listrik akan tertangani, segala pekerjaan
infrastruktur akan selesai tepat waktu tanpa khawatir listrik padam, dan
produktivitas penduduk menjadi semakin meningkat.Walaupun Indonesia memiliki
jumlah ocearn engineer yang terbatas,
tetapi tidak menutup kemungkinan Indonesia mampu menerapkan sistem ini dan
kembali menjadi ‘raja lautan’ Asia Tenggara.
Mau tahu
alasannya ? Insinyur kelautan Indonesia memiliki skill yang pantas diacungi
jempol. Dunia pun sudah mengakui kehebatan insinyur kelautan Indonesia dalam
menangani semua masalah yang berhubungan dengan laut, bahkan bisa dibilang
insinyur kelautan Indonesia memiliki kemampuan ilmu kelas dunia. Terbukti
dengan salah satu Institut Teknologi di Indonesia yang mana jurusan teknik
kelautannya telah mendapat sertifikasi dari Accreditation Board for
Engineering and Technology (ABET). Itu membuktikan bahwa Indonesia siap untuk kembali menjadi
negara maritim, Indonesia siap untuk menjadi penguasa Samudera Hindia,
Indonesia siap untuk menjadi pioneer Asia Tenggara dalam menerapkan sistem
pembangkit listrik tenaga gelombang, dan Indonesia siap untuk kembali menjadi
macan Asia. Tidak ada yang perlu diragukan lagi untuk melangkah maju, jika ada
keraguan jadilah orang pertama yang menepis keraguan tersebut.
“ Coming together is a beginning; keeping together is progress;
working together is success ”
-Henry
Ford
Viva
Océano Ingeniero de Indonesia !
Author : - Gede Adi Wiguna Sudiartha (16613100)
Blogging Competition
Frontier 2014
#KMKL #Frontier2014 #BloggingCompetitionFrontier2014
1 komentar:
kalau pemanfaatan pembngkit listrik jika tidak hanya tetapi panas dan angin di jadikan satu dalam sebuah kapal itu gmana ga ?
Posting Komentar