“
Indonesia dulu adalah Macan Asia dengan sumber energi yang berlimpah, tapi
semua berubah setelah Macan kehilangan taringnya. “
Indonesiaku sayang Indonesiaku
malang, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan Indonesia
saat ini. Indonesia, negara yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan
luas sebesar 5.193.250 km2 ini dikenal memiliki kekayaan alam
yang melimpah di setiap pulaunya. Semua kekayaan alam di Indonesia memiliki
potensi yang besar dalam mengatasi masalah kelangkaan energi yang saat ini
sedang terjadi di Indonesia. Ya, Indonesia saat ini sedang on the way to energy scarcity atau dalam perjalanan menuju
kelangkaan energi. Kelangkaan energi seolah sudah menjadi aib yang harus
ditutupi Indonesia.
Kelangkaan energi sebenarnya sudah
muncul di berbagai negara di dunia, tapi bedanya dengan Indonesia,
negara-negara tersebut mampu menutupi segala kekurangan sumber daya yang
diperlukan dengan cara membuat inovasi baru dalam pengolahan barang mentah
menjadi energi baru yang dapat diperbaharui maupun dengan cara ‘membujuk’ warga
negaranya untuk menghemat penggunaan energi. Seperti contoh Jepang yang
memperketat sistem distribusi kendaraan dan sistem untuk mendapatkan driving license untuk menekan penggunaan
kendaraan sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan konsumsi bahan bakar
minyak . Jepang termasuk negara yang paling jarang menggunakan bahan bakar
minyak, mayoritas fasilitas transportasi umumnya menggunakan energi listrik yang
dipasok oleh Sea Wave Power Plant yang
dipasang di seputaran Laut Jepang.
Berbicara soal listrik, Indonesia
adalah salah satu negara yang bermasalah dengan listrik. Perilaku konsumtif
masyarakat Indonesia yang sangat ‘antusias’ terhadap ketersediaan energi
listrik menyebabkan konsumsi listrik di Indonesia dapat mencapai 473 kwh/
kapita di tahun 2003 dan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Tidak heran
jika Perusahaan Listrik Nasional (PLN) melakukan pemadaman bergilir secara
rutin untuk menghemat penggunaan energi listrik yang didistribusikan ke seluruh
pulau di Indonesia yang berjumlah sebanyak 13.466 pulau. Daerah Jawa dan Bali adalah daerah yang paling boros energi
listrik sehingga distribusi listrik di daerah inilah yang paling sering bermasalah
entah itu masalah teknis ataupun masalah pengadaan.
Lain halnya dengan daerah timur
seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua yang sampai saat ini masih minim
penggunaan listrik karena sulitnya distribusi listrik di daerah yang sepi
permukiman tersebut. Mayoritas masyarakat disana masih menggunakan api dan
lampu petromax kecuali di Kupang dan Tembagapura. Itu menunjukan bahwa
pembangunan dan distribusi energi listrik di negara ini masih terpusat pada
satu daerah dan belum bisa menjangkau pelosok-pelosok negeri. Banyak
pejabat-pejabat Indonesia yang mengatakan bahwa daerah timur Indonesia sangat
sulit membangun pembangkit listrik dikarenakan kondisi daratan dan sosial
masyarakat yang masih primitif. Tapi itu bukanlah jawaban, itu lebih ke alasan
untuk melepas tanggung jawab sebagai seorang wakil rakyat.Jika memang tidak
bisa membangun di darat kenapa tidak berusaha membangun di laut ?
Seawave
Power Plant atau Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut (PLTGL) adalah salah satu solusi alternatif untuk mengatasi kelangkaan
energi listrik di daerah yang memang tidak memungkinkan untuk membangun
pembangkit listrik di daratannya. Jepang adalah salah satu negara yang
menggunakan pembangkit listrk jenis ini yang menghasilkan daya sebesar 40 Mwh.
Jepang yang notabene gelombang lautnya tidak lebih ganas dari Indonesia saja
bisa menghasilkan energi sebesar itu, berarti seharusnya Indonesia yang memiliki
gelombang lebih ganas berpotensi untuk menghasilkan daya yang lebih besar
dibandingkan Jepang. Dikutip dari listrikindonesia.com, pada
dasarnya prinsip kerja pembangkit listrik ini adalah mengkonversi energi dari gelombang
laut menjadi energi listrik dengan cara mengakumulasi energi gelombang laut
untuk memutar turbin dari generator gelombang yang dipasang di dasar laut.
Selain gelombang laut, masih banyak
potensi alam Indonesia yang dapat dijadikan energi terbarukan. Seperti contoh minyak kelapa sawit yang bisa diproses menjadi
bio solar yang nantinya bisa digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermesin
diesel. Indonesia adalah negara yang kaya akan kelapa sawit karena iklim
tropisnya yang memang habitat asli pohon kelapa sawit. Jika kelapa sawit bisa
menjadi biosolar maka lain halnya dengan kotoran sapi yang bisa diubah menjadi
bioetanol yang bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil yang sekarang
sudah semakin menipis dan kian langka.Bukan hanya itu saja, kandungan hidrogen
pada air yang sudah di hidrogenasi berpotensi untuk menjadi bahan bakar
alternatif untuk menggantikan BBM.
Julukan-julukan yang dunia berikan
untuk Indonesia harusnya bisa menjadi suatu tolak ukur cara berpikir orang
Indonesia kedepannya untuk mengatasi kelangkaan energi. Apa sajakah
julukan-julukan itu ? Satu, Indonesia diberi julukan Ring of Fire karena
daratan Indonesia yang dipenuhi gunung-gunung berapi.Sangat prospektif jika di
daerah ini dibangun pembangkit listrik tenaga panas bumi. Sayang sekali belum
terpikir untuk membangun pembangkit ini ya ? Dua, Indonesia dijuluki negara
maritim karena luas lautnya yang mencapai 5,8 juta km2, sangat
prospektif untuk membangun pembangkit listrik tenaga gelombang laut dan panas
laut serta tenaga angin yang mana kecepatan pantai Indonesia mencapai 40 knot.
Tiga, Indonesia dijuluki negara agraris walaupun sekarang sektor pertanian
sudah semakin tenggelam, tetapi tidak menutup kemungkinan hasil dari pertanian
sepeti kelapa sawit dan jagung yang bisa “disulap” menjadi biodiesel dan
bioethanol untuk menjadi potensi mengatasi kelangkaan energi.
Sesungguhnya alam Indonesia ini
sudah menyediakan semua bahan untuk persiapan menuju tahun-tahun kelangkaan
energi. Tetapi, tetap saja Indonesia masih ‘kukuh’ bergantung pada minyak yang
diimpor dari negara-negara OPEC yang sekarang sudah mulai langka. Inilah kenapa
para pemimpin Indonesia seharusnya bisa membuka mata, bangun dari tidurnya dan
sadar dari lamunanya bahwa tidak perlu berpikir terlalu jauh untuk mengatasi
kelangkaan energi ini, semua sudah tersedia disini, di Indonesia. Agar semua rencana
itu bisa terwujud maka haruslah ada sinergi yang baik antara pemimpin dengan
insinyur, dengan demikian terbentuklah suatu tim yang solid, tim yang mampu
mengatasi segala kebutuhan bangsa, tim yang mampu menjawab masalah kelangkaan
energi, dan tim yang mampu mengembalikan taring Macan Asia kepada Indonesia.
“Kita
tidak menyadari bahwa hal-hal sederhana
disekeliling kita adalah senjata terkuat kita. Seperti Kalkulus, hal yang
sederhana mampu menciptakan pemikiran yang mendalam”
1 komentar:
yang mau baca di klik aja ya judulnya hehe
Posting Komentar